.:[Double Click To][Close]:.

Friday, October 22, 2010

Seputar dan Sejarah Chrisye

Referensi : http://rokunco.multiply.com
Sejarah permusikan indonesia telah mencatat karya almarhum Chrisye dkk tdk mudah hilang bahkan melegenda atau orang sekarang suka bertutur tidak pernah ada matinya. alias hidup terus. buktinya?  Lihat fakta bhw album 'Badai Pasti Berlalu'  s/d sekarang sdh direlease 3 versi toh tetap lalu keras sesuai segmennya. dari berbagai usia bapak, anak, bahkan kakek-nenek. Tdk menutup kemungkinan akan ada versi2 berikutnya entak kapan maybe yes, maybe not?. Berikut kronologis sejarah karir almarhum Chrisye secara rinci spt yg telah dituturkan Theodore KS dalam website koran kompas.
Musisi Kaya Diskografi
Dalam kurun waktu 40 tahun Chrisye menghasilkan lebih dari 50 kaset dan CD berisi vokalnya bersama penyanyi lain atau semua lagu yang dinyanyikannya sendiri. Misalnya Lilin Lilin Kecil (1977) bersama Denok Wahyudi, Keenan Nasution, Ferdy Ferdian, dan Noor Bersaudara yang diproduksi Radio Prambors, Guruh Gipsy (1977) bersama Keenan produksi Pramaqua, Badai Pasti Berlalu (1977) bersama Berlian Hutauruk produksi Irama Mas, dan Jurang Pemisah (1977) produksi Pramaqua.
Kaset Sabda Alam merupakan debut kerja sama yang langgeng antara Chrisye dan Musica Studio tahun 1978. Kerja sama ini memperlihatkan peran sebuah perusahaan rekaman yang sangat menentukan langkah seorang penyanyi seperti Chrisye. Ayah empat anak ini tetap menjadi penyanyi Musica Studio sampai akhir hayat.
Lengketnya Chrisye dan Yockie Soeryoprayogo sejak Lilin Lilin Kecil sampai Sabda Alam terus berlanjut lewat Percik Pesona (1979), Puspa Indah Taman Hati (1980), Pantulan Cinta (1981), Kemesraan (Iwan Fals dan Rafika Duri), Asalkan Pilih Jalan Damai (Harvey Malaiholo, Krisdayanti, dan lain-lain), Chrisye Bersama Guruh Sukarnoputra, Untukmu Indonesiaku! II: to My Friend on Legian Beach, Musik Saya adalah Saya, Duka Sang Bahaduri, Akhir Sebuah Opera, Seindah Rembulan (1981), hingga Resesi (1983) di mana E&C&Y (Eros Djarot, Chrisye, dan Yockie) yang judul lagu instrumental album Badai Pasti Berlalu (BPB) kembali bergabung.
Pengalaman Chrisye di Sabda Nada, yang kemudian menjadi Gipsy serta The Pros’ tidak menyulitkan dia bekerja sama dengan pemusik lain seperti Adjie Soetama dan menghasilkan sejumlah album yang lebih laris dari Reses yakni Metropolitan (1983), Nona (1984), Sendiri (1984), Titian Karir (1984), Aku Cinta Dia (1985), Hip Hip Hura (1985), Nona Lisa (1986), Kisah Cintaku (1987), Lagu Terpopuler 1987 (1987), Kisah Cintaku (1987), Hening (1988), Pop Kreatif 87-88 (1988), Hening (1989), Album Slow Cinta Chrisye (1989), dan Pergilah Kasih (1989).
Aku Cinta Dia, Hip Hip Hura, Kisah Cintaku, dan Pergilah Kasih memperoleh penghargaan dari pabrik pita kaset kosong HDX dan BASF Award sebagai kaset paling banyak terjual yang direkam di atas dua merek pita kaset itu tahun 1985, 1987, dan 1989. Pada kurun waktu itu pula Chrisye dikaruniai empat anak, yakni Annisa (1983), Risty (1986), dan si kembar Masha serta Pasha (1989).
Sementara itu Chrisye tetap dekat dengan komunitasnya sebelum sukses sebagai penyanyi rekaman. Menyanyi bersama Gipsy dan The Pros’ selama 1972-1975 di New York City memberikan pengalaman yang tidak terlupakan. Sebagaimana dikatakannya ketika tampil bersama The Pros’ dalam acara malam tahun baru 1991 di RCTI, sebagai anggota paling bontot dalam grup itu dia banyak belajar dari Dimas Wahab, Abadi Soesman, Pomo, dan Broery Pesoelima.
Dalam acara itu, sebagaimana di Restoran Ramayana, New York City, setelah berduet dengan Broery dalam lagu The Way We Were, Chrisye menyanyikan sendiri Listen to the Music (Dobbie Brothers) dan Bridge over Trouble Water (Paul Simon and Art Garfunkel), dua lagu yang paling sering dia nyanyikan di atas panggung selain lagu-lagu Three Dog Night serta John Mayall. Abadi Soesman mengakui pada masa itu kualitas vokal Chrisye berada pada puncaknya. Mereka satu kamar selama lebih dari satu tahun di New York City.
Chrisye membuktikan kepiawaiannya hingga tahun 1990-an ketika lagu Tony Koeswoyo, Cintamu T'lah Berlalu (1992), dinyanyikannya kembali dengan aransemen Yongky M Suwarno. Kasetnya kembali memperoleh HDX dan BASF Award. Deretan diskografinya berlanjut, yaitu Best of Chrisye (1993), Sendiri Lagi (1993), Kesan di Matamu (1994), Acoustichrisye (1996), dan Kala Cinta Menggoda (1997).
Penghargaan MTV Asia diberikan kepada video klip Kala Cinta Menggoda karya Dimas Djajadiningrat di Universal Amphitheatre, Los Angeles, 10 September 1998. Pesta tahun itu belum usai karena tanggal 21 Oktober Chrisye memborong sembilan penghargaan dari Anugerah Musik Indonesia (AMI).
Bukan pilihan utama
Bersama Donny Fattah, Temmy Lesanpura, Jockey, Keenan, Rahadi, Guruh, Doddy, dan Papo Parera, saya menjadi juri Lomba Cipta Lagu Remaja 1977. Lilin Lilin Kecil ciptaan James F Sundah yang menjadi salah satu dari sepuluh lagu yang dikasetkan semula direkam dengan vokal Ferdy Ferdian. Namun, setelah diisi vokal Chrisye, pemimpin Prambors Imran Amir menganggap lebih pas dan jadilah Lilin Lilin Kecil yang kita kenal itu.
Chrisye juga bukan pilihan utama ketika proses rekaman BPB. Broery-lah yang waktu itu diharapkan mendampingi Berlian. Namun, Chrisye kemudian justru menyatu dengan Eros dan Yockie. Secara jujur Chrisye mengakui BPB adalah pengalaman manis yang tidak mungkin dia lupakan.
Dengan alasan desakan "orang sekitar saya" dalam kata pengantar BPB versi 1999, Chrisye merekam kembali 11 lagu BPB dengan penata musik Erwin Gutawa serta penyanyi Aning Katamsi, Nicky Astria, dan Waljinah. Tetapi, sebuah magnum opus tidak bisa diulang. Walaupun demikian, bersama Erwin Gutawa, sama halnya dengan Yockie, Chrisye kembali menuai sukses.
Setelah BPB versi 1999, Chrisye lebih sering menghasilkan album bersama penyanyi-penyanyi lain. Dalam periode ini langkah Chrisye tetap menarik sekaligus memperlihatkan begitu dominannya peranan Musica Studio yang selama dua generasi melayaninya, mulai dari Amin Widjaja hingga kemudian diteruskan putra-putrinya, Senjaya Widjaja dan Indrawati Widjaja.
Senyawa (2004) membuktikan Chrisye bisa bekerja sama dengan siapa saja, termasuk dengan pemusik generasi muda seperti Ungu dan Peterpan. Ini dipertegas lewat album Dari Hati untuk Aceh (2005), Bebi Romeo: The Singer-Songwriter (2005), From Us to U (2005), Tribute to Titiek Puspa (2005), Chrisye by Request (2005), Duet by Reques (2006), dan MTV Ampuh 20.
Proses rekaman Guruh-Gipsy mempertemukan Chrisye dengan Damayanti Noor yang kemudian menjadi istrinya tahun 1982. Jadi, diskografi Chrisye memang bukan hanya daftar lagu atau album, melainkan sebuah rekaman semangat hidup yang tak kunjung padam. Tidak heran jika industri musik menebarkan karpet merah baginya sebagaimana yang saya tulis di edisi ulang-tahun pertama majalah musik Rolling Stones edisi Mei 2006.